Permainan
tradisional telah banyak terbukti memiliki nilai-nilai edukatif. Nilai-nilai
itu misalnya, keakraban, kemandirian, kerja keras, sportifitas, cara mengatur
strategi, keseimbangan,?dll. Semua nilai tersebut amat membantu terhadap
perkembangan karakter anak.
Salah satu
permainan tradisional anak-anak Madura yang mengandung banyak nilai edukatif
adalah bhanteng. Di dalam prakteknya, anak-anak
diajarkan banyak hal yang bisa membangun karakter positif dalam diri mereka.
Bhanteng dimainkan oleh dua kelompok
anak-anak yang masing-masing kelompok punya satu benteng. Benteng tersebut
adalah pohon berbatang agak besar, sekiranya bisa dipegang oleh sejumlah anak.
Jarak antara dua benteng tergantung kesepakatan pemain, yang penting masih bisa
dijangkau.
Masing-masing
kelompok harus mempertahankan bentengnya dari penyelundup yang kapan saja bisa
merebutnya. Pohon tersebut tak boleh disentuh oleh musuh. Jika disentuh, maka
ia menjadi milik musuh dan mereka dinyatakan kalah.
Para
penyelundup di masing-masing kelompok juga?harus hati-hati. Sebab, bila mereka
tertangkap, harus siap ditahan. Semakin banyak anggota ditahan, maka kian lemah
pertahanan benteng tersebut. Hal itu bisa membuat musuh makin leluasa menguasainya.
Para tahanan
bisa dibebaskan dengan cara dijemput secara hati-hati oleh temannya yang belum
tertangkap. Para tahanan ditawan di tengah-tengah antara dua benteng. Mereka
bisa bebas jika yang menjemput tidak kena tangkap juga. Jika kena tangkap, maka
mereka juga harus siap ditahan.
Para penahan
juga harus awas. Sebab, musuh bisa kapan saja membebaskan kawannya yang mereka
tahan.
Ada banyak
nilai edukatif dalam permainan bhanteng. Nilai-nilai itu:
Pertama, adalah kesolidan. Masing-masing
kelompok harus solid untuk memastikan keamanan bentengnya. Jika tidak, musuh
akan dengan mudah mengacak-acak benteng tersebut.
Kedua, permainan bhanteng juga
mengajarkan anak-anak untuk berstrategi. Bagaimanapun, dalam merebut benteng
lawan atau membebaskan kawannya yang ditahan, mereka butuh cara agar tidak juga
tertangkap. Sebab, bilamana tertangkap sama artinya mereka bunuh diri.
Ketiga, keberanian. Mereka harus punya
inisiatif mengambil langkah-langkah berani untuk mempertahankan bentengnya atau
membebaskan kawannya yang ditahan.
Keempat, keakraban dengan alam. Medium
pohon yang menjadi benteng membuat mereka kian akrab dengan alam. Terlebih
lagi, mereka juga bermain di ruang terbuka, kadang belepotan tanah dan lumpur.
Demikianlah,
permaian yang memiliki nilai-nilai edukatif itu mulai redup dari daftar
permainan anak-anak di Madura. Di sebagian tempat mungkin masih ada yang
mempraktekkannya, namun kian sedikit saja. Lambat laun ia mulai digantikan oleh
game-game digital dari negeri seberang.
0 comments:
Post a Comment